Rabu, 12 Mei 2010

Menjusuri Kenangan Ajib Rosidi

Judul : Hidup Tanpa Ijazah, Yang Terekam dalam Kenangan
Penulis : Ajip Rosidi
Penerbit : Pustaka Jaya
Tebal : 1330 halaman
Cetakan : Januari 2008

Ajip Rosidi memang tokoh luar biasa. Ia bukan orang baru dalam jagat sastra Indonesia. Pemikirannya telah memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi sastra dan kebudayaan Indonesia. Namun siapa sangka, guru besar tamu pada Osaka Gaikokugo Daigaku (Universitas Bahasa Asing), Jepang, ini bahkan tidak memiliki ijazah sekolah menengah.
Itulah salah satu kisah hidup yang disampaikan oleh Ajip Rosidi dalam buku Hidup Tanpa Ijazah ini. Di dalam buku ini Ajip mengisahkan, alasan mengapa ia tidak memiliki ijazah sekolah menengah.

Kejadiannya bermula ketika ujian nasional sekolah menengah ditahun 1956, dikabarkan sering mengalami kebocoran soal. Banyak orang yang dapat memperoleh soal ujian sebelum waktu ujian tiba. Tentu saja, caranya dengan menyogok guru sekolah.
Dari kenyataan inilah Ajip Rosidi memilih untuk tidak mengikuti ujian sekolah menengah. Baginya, hidup tidak harus digantungkan pada secarik kertas bernama ijazah. Prestasi kerja, kemampuan dan pengakuan masyarakat terhadap seseoranglah yang dapat menentukan seseorang dapat bekerja atau tidak.

Oleh karena itu, Ajip yang saat itu sudah memperoleh pengalaman mengajar dan menulis sastra, merasa tidak memerlukan ijazah lagi. Ia ingin membuktikan bahwa seseorang dapat hidup tanpa ijazah. Keinginannya tersebut ia kemukakan kepada kepala sekolahnya.

Dari sisi yang lain, Ajip dapat digolongkan sebagai seseorang yang berani untuk mengungkapkan gagasan dan opininya mengenai sesuatu. Ia selalu bicara langsung pada inti persoalan, tanpa ditutup-tutupi, jika ada hal yang ingin disampikan. Ia bahkan seperti tidak memedulikan siapa orang yang sedang diajaknya bicara. Apalagi kalau dirinya yakin apa yang dikemukakannya adalah sesuatu yang benar.

Misalnya saja ketika ia mengungkapkan ketidaksetujuannya perihal roman psikologis yang disampaikan oleh guru Kesusateraan Indonesia di sekolah menangah. Ketika itu Ajip mengemukakan argumentasinya. Namun belum selesai ia bicara, guru tersebut membentak dan menyuruhnya keluar. Sayang, pada bagian ini Ajip tidak menceritakan kelanjutan peristiwa tersebut. Apakah ia benar-benar keluar dari kelas, atau tetap berada di dalam kelas dan mempertahankan argumentasinya.

Keberanian Ajip tersebut terus terbawa saat ia berkiprah sebagai satrawan. Misalnya saja ketika ia menuliskan karangannya di Sipatahaoenan. Ketika karangan tersebut dimuat, reaksi yang muncul sungguh di luar dugaan. Kala itu ia mendapat serangan dari banyak sastrawan Sunda. Namun semua itu ditanggapinya dengan nada mengolok-olok. Tujuan Ajip tentu bukan sekadar mengolok-olok, tetapi ia ingin ada geliat baru dalam kesusatraan Sunda.

Nada serupa juga terlihat ketika Ajip menanggapi rencana rektor Universitas Padjadjaran untuk memberikan gelar penghormatan. Namun hingga melewati batas waktu yang direncanakan, tidak juga ada kejelasan soal pemberian gelar kehormatan tersebut. Akhirnya, pidato yang dipersiapkan untuk menerima gelar kehormatan itu dimasukkan ke dalam buku yang diterbitkan untuk menyambut 70 Tahun Romo dick Hartoko yang sudah dikenalnya sejak lama.
Menanggapi ketidakjelasan tersebut, Ajip Rosidi mengatakan bahwa ia tidak memerlukan gelar penghargaan. Selama ini ia sudah hidup cukup baik tanpa gelar apa pun. Ketika temannya meminta Ajip untuk menelusuri surat rahasia dari Menteri Pendidikan kepada Dirjen Pendidikan Tinggi, Ajip menolak dan dengan tegas. Ia mengatakan, dirinya tidak membutuhkan gelar itu. Bagi Ajip gelar tersebut tidak banyak artinya. Gelar kehormatan itu tidak akan menaikkan gajinya di Jepang, dan tidak akan membuatnya lebih terkenal.

Salah satu gagasan penting Ajip Rosidi dalam kesusasteraan adalah pemberian penghargaan Rancage. Hadiah ini diberikan khusus kepada karya-karya sastra berbahasa daerah. Pada awalanya penghargaan tersebut hanya diberikan kepada karya sastra Sunda. Namun pada perkembangannya, hadiah Rancage tidak hanya diberikan kepada sastra berbahasa Sunda, tetapi juga bahasa daerah lainnya seperti Sastra Jawa dan Sastra Bali.

Ajip mejelaskan, pemberian hadiah Rancage adalah semata-mata untuk menunjukkan bahwa kerja keras para penulis sastra daerah mendapat perhatian yang layak, dan dihargai. Kata Rancage sendiri diambil dari carita pantun yang berarti aktif-kreatif.

Di samping gagasan dalam sastra dan kebudayaan, hal yang juga menarik dari buku ini adalah penggalan-penggalan cerita dari sejumlah orang yang pernah berinterkasi dengan Ajip. Mereka bisa keluarga, kerabat, satrawan, pejabat atau tokoh politik yang pernah bertemu dengannya. Dari sinilah pembaca dapat mengetahui kisah-kisah yang bersifat human interest dari tokoh tersebut.

Salah satu orang dikisahkan oleh Ajip adalah Pramoedya Ananta Toer. Dalam buku ini Ajip memaparkan bahwa Pramoedya adalah orang yang sangat egosentris. Buktinya Pramoedya mengajak istrinya untuk tidak tinggal bersama mertuanya. Meskipun mertuanya adalah orang kaya yang memiliki banyak rumah, namun Pramoedya memilih untuk tinggal di rumah petak beralas tanah di kawasan Rawamangun, Jakarta, bersama istrinya. Padahal, menurut Ajip, mungkin baru saat itulah Maemunah, istri Pramoedya, untuk pertama kalinya tinggal di rumah beralas tanah.

Masih kisah di seputar Pramoedya, Ajip menceritakan bagaimana di masa Pram mengalami krisis keuangan, ia mendapat order untuk menerjemahkan karya utama Maxim Gorky, Ibunda. Menurut Ajip, tidak mengherankan jika Pramoedya sampai beranggapan bahwa orang yang membantunya ketika mengalami kesulitan adalah orang kiri. Hal ini terjadi ketika sejumlah majalah tidak mau lagi memuat tulisan-tulisannya, dan beberapa penerbit mengembalikan hak penerbitannya serta berhenti mencetak buku-buku Pram.Buku Hidp Tanpa Ijazah ini memang menarik untuk dibaca. Gaya bertutur Ajip yang khas, tulisan yang enak dibaca, dan isi yang kaya, membuat pembaca tidak bosan untuk membaca buku ini hingga akhir, seperti menyusuri lorong kenangan yang sarat dengan kisah dan cerita hidup.

Rabu, 31 Maret 2010

Kutipan Kalimat'' Keren dalam Novel yang Udah Kubaca


“Saya selalu dipanggil Si Lagu. Nama itu dikukuhkan di Inggris, karena saya mengatakan dengan polos apa yang saya pikirkan, begitu pula saya selalau melakukan semua yang saya inginkan.”(Voltaire. Si Lugu, hal.05)

“Kalimat yang halus, kalimat yang selalu diucapkan ayahku untuk mengatakan meninggalnya seseorang: pergi.”
(NH. Dini, Pada Sebuah Kapal, hal.11)


“Aku memiliki kesempatan terakhir untuk mengambil keputusan, untuk menentukan apa jadinya diriku. Aku bisa melangkah memasuki gang itu, membela Hassan dan menerima apapun yang mungkin menerimaku. Atau aku bisa melarikan diri. Akhirnya, aku melarikan diri.”
(Khaled Hosseini. The Kite Runner, hal.)


“Agama memang tidak perlu bagi orang yang kuat, yang tahan berada dalam kegelapan tanpa harapan. Tapi tidak semua orang tercipta atu tumbuh kuat. Kebanyakan manusia membutuhkan harapan...”
(Ayu Utami. Bilangan Fu, hal. 519)


“Rembulan jatuh. Di pangkuan. Seribu bidadari dengan rebana di tangan, melempari nyanyian kasmaran.”
(Abidah el Khaliqy. Percintaan Bul-Bul dalam kumpulan cerpen Republika Pembisik, hal.04)


“Revolusi tidak pernah kalah. Setiap kekalahan yang dideritakannya tidak lain dari kemenangan kaum koruptor. Revolusi selalu menang.”
(Pramoedya Ananta Toer. Larasati, hal.134

Prev: Analisis Novel 'Gadis Pantai' Karya Pramoedya Ananta Toer
Next: CSR, Antara Kepedulian dan Kewajuban

Artikel

Mr Action Club Tempat Belajar Bisnis Yang Berorientasi Praktek

Mr Action Club merupakan tempat belajar yang dirancang khusus agar para muridnya berfokus pada praktek atau Action. Yes tentu saja bukan asal kerja melainkan mengerjakan atau mempraktekkan sesuatu yang sebelumnya didahului oleh teori. Di internet ini, kalaulah informasi saja sudah cukup untuk membuat setiap orang jadi kaya maka mungkin sudah banyak orang yang mempunyai peternakan kuda :) Sayangnya tidaklah selalu demikian.

Pelajaran sebagus apapun, impian setinggi apapun, nasehat sebijak apapun, ide secemerlang apapun tetaplah kurang berguna, kecuali ia jatuh ke tangan seseorang yang sanggup take action (mengambil tindakan, mempraktekkanya).

Di Mr Action Club Anda diajarkan untuk melawan kebiasan berharap dan bermimpi yang tak seimbang dengan Action. Bagi sebagian orang mungkin itu tidaklah mudah, terutama bagi mereka yang belum tau orientasi praktek yang bagaimana, caranya bagaimana agar mengambil tindakan atau Action itu menjadi kebiasaan. Orang yang terbiasa mengambil tindakan itulah sebenarnya yang disebut Mr Action.

Banyak kesuksesan besar memang diawali oleh sesuatu impian, bisa juga dimulai dari ide yang tak masuk akal untuk dikerjakan. Dan ketika serangkaian Action dicurahkan dengan seksama untuk mewujudkan impian yang seperti tak mungkin tersebut maka keajaiban menjadi lebih mungkin terjadi. Mereka yang terbukti mampu membuat perbedaan besar mempunyai kesamaan yaitu mereka yang berorientasi pada praktek, sanggup mengambil tindakan.

Mungkin Anda belum tau harus melakukan apa untuk membuat perbedaan tersebut? Apa yang harus dipraktekkan, apa yang harus diactionkan? Kalau memang demikian maka kapan akan mulai Take Action bro? Saya yakin Anda bia memulainya dari sini. Namun yang penting Anda perlu mengambil langkah pertama.

Take Action Now, Daftarkan diri Anda dengan mengisi formulir yang ada di sini nanti, cek email Anda untuk konfirmasi, klik pada link konfirmasi tersebut, kemudian Login ke Member Area Mr Action Club. Silahkan ambil langkah pertama tersebut mulai dari sini: Join Mr Acton Club

kalimat induktif deduktif

Mulai tanggal 2 april 1975 harga berbagai jenis minyak bumi dalam negeri naik. Minyak tanah, premium, solar, diesel, minyak pelumas, dan lain-lainnya dinaikan harganya, karena pemerintah ingin mengurangi subsidinya, dengan harapan supaya ekonomi Indonesia makin wajar. Karena harga bahan baker naik, sudah barang tentu biaya angkutanpun akan naik pula. Jika biaya angkutan naik, harga barang pasti akan ikut naik, karena biaya tambahan untuk transport harus diperhitungkan. Naiknya harga barang akan terasa berat untuk rakyat. Oleh karena itu, kenaikan harga barang dan jasa harus diimbangi dengan usaha menaikan pendapatan rakyat.

Senin, 22 Februari 2010

Puisi Untuk Ibu

Ibu...
adalah wanita yang telah melahirkanku
merawatku
membesarkanku
mendidikku
hingga diriku telah dewasa

Ibu...
adalah wanita yang selalu siaga tatkala aku dalam buaian
tatkala kaki-kakiku belum kuat untuk berdiri
tatkala perutku terasa lapar dan haus
tatkala kuterbangun di waktu pagi, siang dan malam

Ibu...
adalah wanita yang penuh perhatian
bila aku sakit
bila aku terjatuh
bila aku menangis
bila aku kesepian

Ibu...
telah kupandang wajahmu diwaktu tidur
terdapat sinar yang penuh dengan keridhoan
terdapat sinar yang penuh dengan kesabaran
terdapat sinar yang penuh dengan kasih dan sayang
terdapat sinar kelelahan karena aku

Aku yang selalu merepotkanmu
aku yang selalu menyita perhatianmu
aku yang telah menghabiskan air susumu
aku yang selalu menyusahkanmu hingga muncul tangismu

Ibu...
engkau menangis karena aku
engkau sedih karena aku
engkau menderita karena aku
engkau kurus karena aku
engkau korbankan segalanya untuk aku

Ibu...
jasamu tiada terbalas
jasamu tiada terbeli
jasamu tiada akhir
jasamu tiada tara
jasamu terlukis indah di dalam surga

Ibu...
hanya do'a yang bisa kupersembahkan untukmu
karena jasamu
tiada terbalas

Hanya tangisku sebagai saksi
atas rasa cintaku padamu

Kepada Seorang Ayah Yang Bahagia

Kubayangkan butir air mata memenuhi pelupuk matamu
saat kau membacakan baris-baris kasih sayang
kepada buah hatimu
Kusapa, ada beberapa butir air mata menggantung di sukmaku
hendak menyeruak ke dunia menemani keharuanmu

Tak ada yang dapat kuucapkan hari ini
seperti hari kemarin, aku hanya bisa membisu
coba kutulis beberapa kata ungkapan kehormatan
kepadamu yang kini duduk menyaksikan ilham Allah
merasuki tulang-tulang tuamu.

Adakah aku akan melihat orang tuaku
sebahagia lantunan nyanyian hatimu
yang hendak menempuh tahap tertinggi kodrat manusia?
aku merenung menggores bayangan butiran air matamu
yang terdorong keluar oleh kebahagiaan
aku berusaha menutupi jalan untuk air mataku
yang tak sanggup menahan keharuan
menuntut jalan keluar,
mungkin hendak berteman dengan air matamu

Rabu, 18 November 2009

Aku

Aku bukanlah bulan yang memantulkan cahyanya di langit kelam
Ataupun bintang dengan kerlipnya di antara hamparan malam
Bukan pula mentari yang memancarkan hangat sinarnya ke penjuru negeri
Dan bukan pula api abadi yang dicuri Prometheus dari Dewa Zeus
Aku hanyalah sebatang lilin biasa tak istimewa
Yang nyalanya kadang goyah oleh angin yang bertiup
Ijinkanlah aku menemanimu dalam kesendirian gelap
Sampai nanti mencair [...]


Blogspot Template by Isnaini Dot Com. Powered by Blogger and Supported by Home Interiors